Gerakan Non-Politik |
Masa-masa
sekarang adalah masa-masa yang cukup berat bagi ormas-ormas islam. Katakan saja
NU sebagai ormas islam terbesar. Sekarang NU sudah menjadi terbelalak dengan
ikutnya sebagian warga NU yang tergoda dengan politik. Pada masa pemilu
sekarang NU akan di ambang dualisme. Antara ikut berpartisipasi ria dengan
politik ataukah mempertahankan khittahnya sebagai ormas dahwah islam. Demikian
juga Muhammadiyah menjadi tantangan besar dalam sikapnya mengenai perpolitikan
di Indonesia. Akan tetapi Muhammadiyah secar tegas mengatakan bahwa Muhammadiyah
tidak akan terlibat dalam politik, baik praktis maupun nyata. Sebagai gerakan
masyarakat sipil, Muhammadiyah akan mengambil peran dalam politik kebangsaan
dan memilih hubungan proporsional dengan negara. Muhammadiyah akan bersikap proporsional dalam kehidupan bernegara. Sikap
proporsional tersebut merupakan watak dasar Muhammadiyah karena ormas ini juga
turut serta mendirikan Indonesia.
Muhammadiyah
sendiri sejak semula memandang kehidupan politik sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari ajaran Islam. Dalam konsep “Rumusan pokok-pokok persoalan
tentang khittah perjuangan muhammadiyah” yang diajukan dalam mukhtamar ke-37
tahun 1968 (Hasyim, 1990: 200) terdapat pernyataan bahwa:
“...5.2 berdasarkan ayat 104 surat ali Imran (ayat yang menjadi landasan
dan pendorong berdirinya Gerakan kita Muhammadiyah), dan tuntutan yang di
contohkan oleh ikutan Nabi besar Muhammad Rasulullah Saw (sehingga gerakan kita
ini berpendirian bahwa untuk memperjuangkan dan untuk mencapai
ideologi/keyakinan hidupnya jalan satu-satunya hanyalah dengan da’wah Islam dan
amar ma’ruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya. Semua
itu dengan dasar pengertian bahwa ajaran islam adalah telah mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia, baik aspek kehidupan perseorangan, ataupun aspek
kehidupan kelompok/kolektif, baik yang bersifat politik, ataupun yang non
politik, semua ajaran yang demikian itu haruslah didakwahkan dan di-amar ma’ruf
dan nahi munkarka, untuk mencapai maksut dan tujuan perjuangan muhammadiyah,
ialah “menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang ebenar-benarnya”. Dakwah islam dan amar ma’ruf nahi
munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya adalah usaha pengelolaan
dan penggarapan masyarakat, mulai dari alam kenyataan/prakteknya, untuk
disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam.”)
M.Amien Rais
mengatakan : “sampai kapanpun saya yakin, Muhammadiyah tidak akan pernah terjun
ke dalam kancah power politics yang dapat membahayakan
kelangsungan hidupnya. Bermain langsung atau sekedar menjadi pion
kekuatan-kekuatan eksternal dalam genggaman politik praktis, tidak pernah
terbayangkan dalam pikiran Muhammadiyah. Alhamdulillah sampai sekarang
muhammadiyah tidak pernah tergoda oleh iming-iming politik yang dapat melupakan
misi pokoknya.
No Comment to " Apakah Muhammadiyah Akan Berpolitik? "