Buku Khutbah Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah |
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا
اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا.
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ
هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا
وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…
Rasanya tak
habis-habisnya kita mesti bersyukur kepada Allah, karena dari limpahan rahmat
dan karuniaNya, hingga kini kita tetap bertahan menjaga keimanan kita sebagai
tingkat nikmat yang paling tinggi. Syahadatpun harus selalu kita benahi, biar
lebih mendekati makna yang hakiki. Sanjungan shalawat kita sampaikan kepada
Baginda Rasul, ujung tombak pembawa pelita kehidupan.
Selanjutnya… jamaah Jum’at
yang berbahagia.
Dari mimbar ini pula
saya serukan kepada diri saya pribadi, umumnya kepada para jamaah sekalian
untuk selalu menjaga, mempertahankan dan terus berupaya meningkatkan
nilai-nilai taqwa, hanya dengan taqwalah kita selamat di hari pengadilanNya.
Jamaah Jum’at yang
berbahagia!
Ilmu, telah menjadi
perbincangan dari waktu ke waktu, bahkan ilmu telah menjadi simbol kemajuan dan
kejayaan suatu bangsa. Hampir tak ada suatu bangsa dinilai maju kecuali di sana
ada ketinggian ilmu. Hingga hampir menjadi kesepakatan setiap jawara bangsa,
bila ingin maju harus berkiblat kepada negeri yang tinggi ilmunya. Jadilah
bangku-bangku sekolah didoktrin dengan kurikulum negara maju. Akan tetapi
sayang seribu kali sayang, sikap ambisi meraup dan mengimport ilmu ini berlaku
hanya pada masalah duniawi. Bahkan pikiran sebagian besar kaum muslimin pun tak
jauh berbeda dengan kaum sekulernya. Yang lebih memprihatinkan lagi, sebagian
da’i yang mempertengkarkan tentang cap intelektual muslim pun justru menuding
kolot terhadap orang yang tekun mempelajari agamanya karena terfitnah oleh
kilauan dunia. Bukankah kita pernah mendengar wasiat Amirul Mukminin Ali bin
Abi Thalib Radhiallaahu anhu :
اِرْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً وَارْتَحَلَتِ اْلآخِرَةُ مُقْبِلَةً وَلِكُلِّ
وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُوْنٌ، فَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ اْلآخِرَةِ وَلاَ تَكُوْنُوْا
مِنْ أَبْنَاِء الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابٌ وَغَدًا حِسَابٌ
وَلاَ عَمَلٌ.
“Dunia akan pergi berlalu, dan akhirat akan datang menjelang, dan keduanya
mempunyai anak-anak. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan jangan menjadi
anak-anak dunia. Sesungguhnya pada hari ini hanya ada amal tanpa hisab
(perhitungan), dan besok hanya ada hisab (perhitungan) tanpa amal.” (HR. Al-Bukhari secara mu’allaq).
Akankah kita membekali
diri kita bagaikan si buta di tengah rimba belantara tak tahu apa yang akan
menimpanya. Padahal bahaya itu sebuah kepastian yang telah tersedia.
Jamaah Jum’at yang
mulia.
Akankah kita bergelimang dalam
kebodohan, padahal kebodohan adalah lambang kejumudan. Lalu, tidakkah kita
ingin sukses dan jaya di negeri akhirat nanti. Lalu apa yang menghalangi kita untuk segera meraup ilmu dien (agama), sebagaimana
kita berambisi meraup ketinggian ilmu dunia
karena tergambar suksesnya masa depan kita?
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!
Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin mengumpulkan keutamaan ilmu ini dalam 13 point:
1. Bahwa ilmu dien adalah warisan
para nabi Shallallaahu alaihi wa Salam, warisan yang lebih mulia dan berharga
dari segala warisannya para nabi. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda:
فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى
النُّجُوْمِ. اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، وَاْلأَنْبِيَاءُ لَمْ يُوَرِّثُوْا
دِيْنَاًرا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ
بِحَظٍّ وَافِرٍ. (الترمذي).
“Keutamaan sesorang ‘alim (berilmu)
atas seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti keutamaan bulan atas seluruh
bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi. Sesungguhnya para
nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu,
maka barangsiapa mengambilnya (warisan ilmu) maka dia telah mengambil
keuntungan yang banyak.” (HR. Tirmidzi).
2. Ilmu itu tetap akan kekal sekalipun
pemiliknya telah mati, tetapi harta yang jadi rebutan manusia itu pasti akan
sirna. Setiap kita pasti kenal Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, gudangnya
periwayatan hadits, sehingga beliau menjadi sasaran bidik kejahatan kaum Syi’ah
dengan tuduhan-tuduhan keji yang dilancarkannya terhadap diri beliau, dalam
rangka menghancurkan Islam dan kaum muslimin.
Dari segi harta Abu Hurairah
Radhiallaahu anhu memang termasuk golongan fuqara’ (kaum papa), memang hartanya
telah sirna, tapi ilmunya tak pernah sirna, kita semua masih tetap membacanya.
Inilah buah seperti yang tersebut dalam hadits Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam :
إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ؛
صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ.
“Jika manusia mati terputuslah
amalnya kecuali tiga: shadaqah jariyah, atau ilmu yang dia amalkan atau anak
shalih yang mendoakannya.”
3. Ilmu, sebanyak apapun tak menyusahkan
pemiliknya untuk menyimpan, tak perlu gedung yang tinggi dan besar untuk
meletakkannya. Cukup disimpan dalam dada dan kepalanya, bahkan ilmu itu yang
akan menjaga pemiliknya sehingga memberi rasa nyaman dan aman, lain halnya
dengan harta yang semakin bertumpuk, semakin susah pula untuk mencari tempat
menyimpannya, belum lagi harus menjaganya dengan susah payah bahkan bisa
menggelisahkan pemiliknya.
4. Ilmu, bisa menghantarkan pemiliknya
menjadi saksi atas kebenaran dan keesaan Allah. Adakah yang lebih tinggi dari
tingkatan ini? Inilah firman Allah Ta’ala:
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Ilah (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ali Imran: 18).
Sedang pemilik harta? Harta sama
sekali takkan menghantarkan pemiliknya sampai ke derajat sana.
5. Para ulama (Ahli ilmu syari’at),
termasuk golongan petinggi kehidupan yang Allah perintahkan supaya orang
mentaatinya, tentunya selama tidak menganjurkan durhaka kepada Allah dan
RasulNya, sebagaimana firmanNya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara kamu.” (An-Nisa: 59).
Ulil Amri, menurut ulama adalah
Umara’ dan Hukama’ (Ahli Hikmah/Ahli Ilmu/Ulama). Ulama berfungsi menjelaskan
dengan gamblang syariat Allah dan mengajak manusia ke jalan Allah. Umara’
berfungsi mengoperasionalkan jalannya syariat Allah dan mengharuskan manusia
untuk menegakkannya.
6. Para ulama, mereka itulah yang
tetap tegar dalam mewujudkan syariat Allah hingga datangnya hari kiamat.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ وَإِنَّمَا
أَنَا قَاسِمٌ وَاللهُ هُوَ الْمُعْطِيْ وَلاَ تَزَالُ هَذِهِ اْلأُمَّةُ قَائِمَةً
عَلَى أَمْرِ اللهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ.
“Barangsiapa yang Allah kehendaki
padanya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia dalam (masalah) dien. Aku adalah
Al-Qasim (yang membagi) sedang Allah Azza wa Jalla adalah yang Maha Memberi.
Umat ini akan senantiasa tegak di atas perkara Allah, tidak akan memadharatkan
kepada mereka, orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang putusan Allah.”
(HR. Al-Bukhari).
Imam Ahmad mengatakan tentang
kelompok ini: “Jika mereka bukan Ahlu Hadits maka aku tidak tahu siapa mereka
itu”.
7. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam menggambarkan para pemilik ilmu dengan lembah yang bisa menampung air
yang bermanfaat terhadap alam sekitar, beliau bersabda, yang artinya:
Perumpamaan dari petunjuk ilmu yang
aku diutus dengannya bagaikan hujan yang menimpa tanah, sebagian di antaranya
ada yang baik (subur) yang mampu menampung air dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
dan rerumputan yang banyak, di antaranya lagi ada sebagian tanah keras yang
(mampu) menahan air yang dengannya Allah memberikan manfaat kepada manusia
untuk minuman, mengairi tanaman dan bercocok tanam. Dan sebagian menimpa tanah
tandus kering yang gersang, tidak bisa menahan air yang menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan. Maka demikianlah permisalan orang yang memahami (pandai) dalam
dien Allah dan memanfaatkan apa yang dengannya aku diutus Allah, maka dia
mempelajari dan mengajarkan. Sedangkan permisalan bagi orang yang tidak (tidak
memperhatikan ilmu) itu (sangat berpaling dan bodoh), dia tidak menerima
petunjuk Allah yang dengannya aku diutus. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
8. Ilmu adalah jalan menuju Surga,
tiada jalan pintas menuju Surga kecuali ilmu. Sabdanya:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ
لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ.
Barangsiapa menempuh jalan untuk
mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim).
9. Ilmu merupakan pertanda kebaikan seorang
hamba. Tidaklah akan menjadi baik melainkan orang yang berilmu, sekalipun bukan
jaminan mutlak orang yang (mengaku) berilmu mesti baik.
Sabda beliau Shallallaahu alaihi wa
Salam :
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ.
“Siapa yang Allah kehendaki
kebaikan, Allah akan pahamkan dia (masalah) dien.” (Al-Bukhari).
10. Ilmu adalah cahaya yang menerangi
kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan
bermuamalah dengan para hamba Allah.
11. Orang ‘alim (berilmu) adalah
cahaya bagi manusia lainnya. Dengan dirinyalah manusia dapat tertunjuki jalan
hidupnya. Jamaah sekalian tentunya ingat kisah seorang pembunuh yang menghabisi
100 nyawa. Dia bunuh seorang ahli ibadah sebagai korban yang ke-100 karena
jawaban bodoh dari si ahli ibadah yang menjawab bahwa sudah tak ada lagi pintu
taubat bagi pembunuh nyawa manusia. Akhirnya dia datang kepada seorang ‘alim,
dan disana ia ditunjukkan jalan taubat, maka diapun mendapatkan penerangan bagi
jalan hidupnya.
12. Allah akan mengangkat derajat
Ahli Ilmu (orang alim) di dunia dan akhirat. Di dunia Allah angkat derajatnya
di tengah-tengah umat manusia sesuai dengan tingkat amal yang dia tegakkan. Dan
di akhirat akan Allah angkat derajat mereka di Surga sesuai dengan derajat ilmu
yang telah diamalkan dan didakwahkannya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam
surat Mujadilah: 11 telah berfirman:
“Niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah!
Itulah point-point penting yang bisa
kita nukilkan, semoga menjadi pendorong semangat bagi orang yang bercita-cita
mulia dunia dan akhiratnya.
وَاللهَ نَسْأَلُهُ أَنْ يَرْزُقَنَا عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا
طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً، وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنًا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Khutbah kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيْئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛
Jamaah yang berbahagia, pada khutbah
yang ke-2 ini, sekedar saya simpulkan dari khutbah yang pertama.
1. Bahwa problem yang terbesar di kalangan
umat ini adalah al-jahl biddien, bodoh tentang agamanya.
2. Tidak akan terangkat derajat umat ini menuju sebuah
kejayaan kecuali harus bangkit dan menggali ilmu agama secara benar.
3. Ilmu agama yang akan membawa
kejayaan adalah ilmu yang diamalkan dari sumber yang benar pula, bila tidak
justru akan membawa kepada kehancuran dan laknat Allah.
Karena itulah mari kita gali ilmu
agama secara benar dari sumber aslinya yaitu Al-Qur’an dan Sunnah melalui
pemahaman para Salafus-Shalih yakni para sahabat radhiyallahu ‘anhum serta para
pengikut pola hidupnya hingga hari akhir.
Selanjutnya marilah kita berdoa
kepada Allah untuk kebaikan kita dan kebaikan kaum muslimin.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا
بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ
وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا
طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ
No Comment to " Khutbah Jumat # Ilmu, Simbol Kejayaan Umat "