.

News Ticker

Sunnah Vs Bid'ah

By Unknown - Sabtu, 03 Agustus 2013 2 Comments

Kaum Muslimin para hamba Allah yang berbahagia!
        Ketahuilah hadirin sekalian bahwa agama Islam pada asalnya sama seperti agama samawiyah lainnya yang diturunkan Allah, dengannya Allah mengutus para Rasul; yaitu agama yang dibangun di atas dasar ittiba’ (mengikuti) dan kepatuhan pada apa yang disampaikan Allah dan RasulNya. Sebab sebuah ajaran tidak dapat disebut Ad-Dien kecuali bila di dalamnya ada kepatuhan pada Allah Subhannahu wa Ta'ala  dan ittiba’ pada apa yang diserukan oleh RasulNya.
        Dan sebaik-baik petunjuk yang harus ditempuh oleh orang –orang yang mengharapkan kejayaan, sebaik-baik jalan yang mesti dilalui oleh orang-orang shaleh adalah: petunjuk dan jalan yang digariskan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam kepada umatnya. Tidak ada lagi pertunjuk yang lebih baik dari pada petunjuk beliau. Tidak ada lagi jalan hidup yang lebih lurus selain dari pada jalan hidup yang beliau tempuh.
        “Dan (hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah, bagi orang-orang yang yakin.” (Al-Maidah: 50)
        Namun ternyata iblis -la’natullah ‘alaihi- tidak pernah berhenti menyesatkan anak cucu Adam. Dengan berbagai cara tipu muslihat ia mencoba memalingkan mereka dari cahaya ilmu lalu membiarkan mereka tersesat dan kebingungan dalam gelapnya kebodohan. Dari situlah iblis kemudian memasukkan hal-hal yang secara lahiriah adalah perbuatan baik/amal shaleh ke dalam agama namun sebenarnya ia tidak pernah dituntunkan Allah dan RasulNya. Muncullah berbagai keyakinan dan amalan yang tidak pernah diajarkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam Lahirlah i’tiqad dan perbuatan yang tak pernah dikenal oleh generasi terbaik ummat ini; generasi As-Salafus shalih ridlwanullah ‘alaihim, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
إِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ، عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.
        “Sesungguhnya barangsiapa yang hidup di antara kalian maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, (maka saat itu) ikutilah sunnahku dan sunnah para khulafa’ Ar-rasyiddin yang mendapatkan hidayah, gigitlah (sunnah)dengan gigi-gigi geraham (berpegang teguh), dan jauhilah perkara-perkara yang dibuat-buat (dalam agama), karena setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud dan At-Tarmidzi ia katakan hadits hasan shahih)
        Yang dimaksud dengan bid’ah adalah segala perkara yang dibuat-buat dalam agama yang sama sekali tidak memiliki dasar dalam syari’ah . Dan barangsiapa yang mencoba melakukan hal ini, maka ia akan masuk dalam ancaman Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam :
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.
        “Barangsiapa yang membuat-buat hal baru dalam urusan (agama) kami, apa-apa yang tidak ada keterangan darinya maka ia itu tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
        Dan riwayat Muslim yang lain, beliau bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
        “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak dilandasi/sesuai dengan keterangan kami, maka ia itu tertolak.”
Para hamba Allah yang berbahagia.
        Hadits yang baru saja kita simak ini merupakan dasar terpenting dalam ajaran Islam. Hadits ini merupakan standar yang harus digunakan untuk mengukur dan menilai sebuah amalan secara lahiriah, sehingga -berdasarkan hadits ini- amalan apapun dilemparkan kembali kepada pelakunya. Sehingga berdasarkan hadits ini pula perbuatan apa pun yang diada-adakan dalam Islam bila tidak diizinkan oleh Allah dan RasulNya, maka tidaklah boleh dikerjakan; bagaimanapun baik dan bergunanya menurut akal kita. Imam Nawawi menjelaskan bahwa hadits yang mulia ini adalah salah satu hadits penting yang harus dihafal dan digunakan untuk membantah dan membatalkan segala bentuk kemungkaran dalam Islam.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah!
        Sesungguhnya perilaku bid’ah dan segala perilaku yang mengarah pada penambahan terhadap ajaran Islam adalah tindakan kejahatan yang amat sangat nyata. Bila kejahatan bid’ah ini dilakukan maka “kejahatan-kejahatan” lain yang akan muncul, di antaranya:
        Perilaku bid’ah menunjukkan bahwa pelakunya telah berprsangka buruk (suudhan) terhadap Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya yang telah menetapkan risalah Islam, karena pelaku bid’ah telah menganggap bahwa agama ini belumlah sempurna sehingga perlu diberikan ajaran-ajaran tambahan agar lebih sempurna. Itulah sebabnya Imam Malik bin Anas rahimahullah pernah berkata: “Barangsiapa yang membuat-buat sebuah bid’ah dalam Islam yang ia anggap baik, maka sungguh ia telah menuduh Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam telah mengkhianati risalah yang diturunkan Allah, karena Allah berfirman:
        “Pada hari ini telah Kusempurnakan buat kalian dien kalian, dan telah kucukupkan atas kalian nikmatKu, dan telah Aku relakan Islam sebagai agama kalian.” (QS. Al-Maidah:3)
        Oleh karena itu, apapun yang pada saat itu tidak temasuk dalam Ad-Dien maka hari inipun ia tak dapat dijadikan (sebagai bagian) Ad-Dien.
        Disamping itu, berdasarkan point pertama maka dampak negatif lain dari perilaku bid’ah adalah bahwa hal ini akan mengotori dan menodai keindahan syari’ah Islam yang suci dan telah disempurnakan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala . Perbuatan ini akan memberikan kesan bahwa Islam tidaklah pantas menjadi pedoman hidup karena ternyata  belum sempurna.
        Perbuatan bid’ah juga akan mengakibatkan terhapusnya dan hilangnya syi’ar-syi’ar As Sunnah dalam kehidupan umat Islam. Hal ini disebabkan tidak ada satupun bid’ah yang muncul dan menyebar melainkan sebuah sunnah akan mati bersamanya, sebab pada dasarnya bid’ah itu tidak akan muncul kecuali bila As-Sunnah telah ditinggalkan. Sahabat Nabi yang mulia, Ibnu Abbas Rahimahullaah pernah menyinggung hal ini dengan mengatakan:
مَا أَتَى عَلَى النَّاسِ عَامٌ إِلاَّ أَحْدَثُوْا فِيْهِ بِدْعَةً وَأَمَاتُوْا فِيْهِ سُنَّةً حَتَّى تَحْيَا الْبِدْعَةُ وَتَمُوْتَ السُّنَّةُ.
        “Tidaklah datang suatu tahun kepada ummat manusia kecuali mereka membuat-buat sebuah bid’ah di dalamnya dan mematikan As-Sunnah, hingga hiduplah bid’ah dan matilah As-Sunnah.”
        Tersebarnya bid’ah juga akan menghalangi kaum Muslimin untuk memahami ajaran-ajaran agama mereka yang shahih dan murni. Hal ini tidaklah mengherankan, karena ketika mereka melakukan bid’ah tersebut maka saat itu mereka tidak memandangnya sebagai sesuatu yang salah, mereka justru meyakininya sebagai sesuatu yang benar dan termasuk dalam ajaran Islam. Hingga tepatlah kiranya apa yang dinyatakan oleh Imam Sufyan Ats Tsaury:
اَلْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ. اَلْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا وَالْبِدْعَةُ لاَ يُتَابُ مِنْهَا.
        “Bid’ah itu lebih disenangi oleh syaitan dari pada perbuatan maksiat, karena perbuatan maksiat itu (pelakunya) dapat bertaubat (karena bagaimanapun ia meyakini bahwa perbuatannya adalah dosa) sedangkan bid’ah (pelakunya) sulit untuk bertaubat (karena ia melakukannya dengan keyakinan hal itu termasuk ajaran agama, bukan dosa).

2 komentar to ''Sunnah Vs Bid'ah"

ADD COMMENT
  1. Di jaman sekarang ini, pelaku sunnah seringkali menjadi sosok yang terasing. Maka, berbahagialah bagi siapa saja yang istikomah dalam keterasingan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seperti itulah memang, apalagi ditengan kondisi masyarakat yg masih kental dg nuansa budaya animisme dinamisme..

      Hapus

­