Bagi kamu yang
saat ini sedang berlatih menjadi guru. Bagi kamu yang saat ini sedang mencari
kedamaian. Bagi kamu yang sekarang ini sedang mencari jati diri sebagai seorang
guru. Tidak ada salahnya saya rekomendasikan film yang sangat apik. Film ini
berjudul “Teacher’s
Diary a.k.a. Khid thueng withaya”. Mungkin film ini bisa menjadi inspirasi
sekaligus pembangkit semangat.
Pertama kali
saya melihatnya, saya tertarik dengan kata-kata Teacher’s Diary-nya. Awalnya
saya melihat poster gambarnya kurang begitu sreg, namun setelah melihat prolog
film tersebut saya bahkan sangat suka dan sangat tertarik untuk melanjutkan.
Film ini diawali dengan sebuah perjuangan seorang guru yang begitu unik.
Hanya dengan
sedikit kesalahan, perbedaan pendapat yang tidak seberapa. Akhirnya ia
dipindahkan tugas sebagai guru di sekolah rumah kapal. Sekolah ini adalah
sekolah yang ada di tepian sungai yang membentang luas. Tidak banyak murid yang
ada. Hanya anak-anak nelayan sekitar. Untuk dapat mencapai sekolah ini maka
harus menggunakan perahu atau kapal.
Awalnya guru
yang pertama dipindahtugaskan ke sekolah kapal ini bernama Bu Ann. Dia seorang
wanita muda yang mempunyai semangat enerjik dan...lumayan cantik. Dipindahkan
ke sekolah kapal ini hanya karena tangannya ditato bintang. Hanya itu saja.
Padahal itu adalaha hal sepele dan tidak mengurangi esensi seorang guru, kata Bu
Ann menyangkal kepada kepala sekolah.
Hari demi hari
dilalui Bu Ann dengan segala rasa, mulai dari suka cita mengajar, bahkan sampai
setengah mati demi mengajar anak-anak di dekat pantai ini. Dengan hanya mendapat
murid tujuh orang Bu Ann dengan senang hati dan susah payah mengajar mereka.
Bagaikan menjiwai sebagai guru, tak terpisahkan dengan murid muridnya. Pedihnya
sudah biasa, perihnya tak bisa diungkapkan. Dia pernah mengalami hal-hal tragis
di sekolah ini. Mulai dari kesepian yang menjalar sampai ke relug hati sampai
menemukan mayat di bawah sekolahan ini.
Selama mengajar
di sekolah ini dia menuliskan kenangan dan cara-caranya mengajar di sekolah ini.
Di menuliskannya di sebuah buku usang yang di balut karton dan dieratkan oleh
karet bekas. Inilah awal mula sebuah cerita Teacher’s Diary.
Setelah beberpa
waktu berlalu, Bu Ann mengundurkan diri dari sekolah ini karena mau menikah
dengan seorang wakil kepala sekolah di daerah kota dan menghapus kenangan di
sekolah kapal ini. Akhirnya peran Bu Ann sebagai guru di sekolah ini digantikan
dengan seorang guru baru yang bernama Pak Son. Dia adalah seorang guru baru dan
seorang mantan pegulat.
Awal kenangan Pak
son mengajar di sekolah kapal ini juga tidak jauh beda dengan yang dialamai Bu
Ann ketika mengajar di sini. Rasa kesepian, rasa stres, rasa keterasingan
bahkan penderitaan di putuskan pacarnya pun di alami di sini. Tapi hal itu
berubah ketika Pak Son menemukan Teacher’s Diary milik Bu Ann yang ketinggalan
di sekolah kapal ini. Sebuah rencana yang apik, mungkin.
Berawal dari
sini, mereka dipertemukan dalam imajinasi tulisan. Saya jadi menyadari bahwa
tulisan bisa menggambarkan jauh ekspresi rasa manusia. Bahkan bisa ditularkan
kepada orang lain, baik rasa suka cita, duka bahkan rasa cinta sekalipun.
Kata-kata mempunyai kekuatan magis tersendiri. Mengikat makna dalam bingkaian
kalimat. Melukiskan pesona memori kenangan dalam wujud huruf.
Setelah Pak Son
membaca semua Teacher’s Diary milik Bu Ann, akhirnya Dia menemukan pada
lembaran terakhir pada buku tersebut bahwa Bu Ann mau menikah. Daaar, betapa
hancurnya hati Pak Son saat itu. Walaupun belum pernah bertemu, Pak Son merasa
bahwa Bu Ann satu penderitaan dangan dia. Satu jiwa dan mengalami kenangan yang
hampir sama. Dia marasa bahwa ada kedekatan emosional yang sama dengan Bu Ann.
Tapi melihat Bu Ann sudah di pinang oleh orang lain. Akhirnya Pak Son
memutuskan untuk meninggalkan sekolah kapal ini.
Endingnya,,akhirnya
mereka bertemu di rumah kapal ini. Tepat setelah liburan semester setelah Bu
Ann tidak jadi menikah dengan kekasihnya karena kekasihnya berselingkuh dengan
wanita lain. Sebuah pertemuan yang istimewa. Sebuah kenangan tersendiri sebagai
guru yang luar biasa. Mengeja jejak-jejak kenangan yang apik dibungkus dengan
balutan cinta antara dua insan yang berprofesi sama sebagai seorang guru yang
luar biasa. Mungkinkah kita bisa seperti ini, wahai kamu Bu Guru Muda dan Pak
Guru Muda???
Siapa Bu Ann
dan Pak Son selanjutnya?? Silahkan isi Teacher’s Diary a.k.a (Nama Anda).
-
PrevoiusJangan Lakukan 6 Hal ini di Media Sosial
-
Next
bagus deh kykna filmnya nih..
BalasHapustp bukan film buatan Indonesia ya?
Iya, memang bagus kok. Sangat menginspirasi juga..silahkan tonton kalau sempat.. :D
Hapus