News Ticker

Muhasabah dalam Amal

By Unknown - Jumat, 06 Desember 2013 No Comments
Oleh: Ziyadul Muttaqin

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ. كما قال الله تعالى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ النَّارِ. 
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Segala puji bagi Allah, Rabb dan sesembahan sekalian alam, yang telah mencurahkan kenikmatan-kenikmatan-Nya, rizki dan karunia-Nya yang tak terhingga dan tak pernah putus sepanjang zaman kepada makhluknya baik yang berupa kesehatan maupun kesempatan. Sehingga pada kali ini kita dapat berkumpul di tempat yang mulia dalam rangka menunaikan kewajiban shalat Jum’at. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam  yang atas jasa-jasa dan perjuangan beliau cahaya Islam ini tersampaikan kepada kita, sebab dengan adanya cahaya Islam tersebut kita terbebaskan dari kejahiliyahan.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Allah swt berfirman dalam Surah al-Hasyr: 18
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ [٥٩:١٨]
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(QS. al-Hasyr: 18).

Dalam ayat ini Allah swt menegaskan firmannya dengan menyebut “Alladzîna ‘Âmanû”. Allah swt dalam hal ini hanya menyatakannya kepada orang-orang yang beriman. Hal menunjukkan bahwa Allah swt memberikan keistimewaan kepada orang-orang yang beriman dengan perintah yang hanya dikhususkan kepada orang-orang yang beriman. Maksud ayat ini adalah Allah swt mendorong kita sebagai orang yang beriman agar melakukan muhasabah (introspeksi) diri. Maksud "Memperhatikan" dalam ayat ini ialah memperhatikan kelengkapan persiapan untuk menyongsong hari akhirat, mendahulukan apa yang bisa menyelamatkannya dari siksa Allah, agar wajahnya menjadi bersih di sisi Allah swt kelak. Umar bin Al-Khaththab pernah berkata, "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang dan berhiaslah kalian untuk menghadapi hari penampakan yang agung”.

Menurut Abu Isma'il, pengarang kitab Manalizus-Sa'irin, ada tiga pilar yang menjadi penopang dari muhasabah, yaitu:

1.      Membandingkan antara Nikmat Allah dan Kejelekan kita
Maksudnya kita harus membandingkan apa yang berasal dari Allah dan apa yang berasal dari diri kita. Dengan begitu kita akan mengetahui letak ketimpangannya. Kita  akan mengetahui bahwa di sana hanya ada ampunan dan rahmat Allah swt di satu sisi sedangkan di sisi lain adalah kehancuran dan kerusakan. Allah swt berfirman dalam al-Qur’an Surat asy-Syams ayat 8:
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا [٩١:٨]
“Maka Allah swt mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. (QS.asy-Syams: 8).
Ayat ini jelas memberikan keterangan kepada kita bahwa Allah swt mengilhamkan kepada jiwa dan memberikan pilihan apakah ia akan memilih jalan yang menjadikannya durhaka kepada Allah swt ataukah ia memilih jalan yang mengantarkannya kepada ketakwaan kepada-Nya. Jiwa manusia telah diilhamkan Allah swt dua pilihan antara yang durhaka dan yang takwa. Pada dasarnya jiwa manusia itu cenderung pada kejahatan dan kekurangan. Andaikan tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya yang mensucikan jiwa itu, tentu ia tidak akan menjadi suci sama sekali.

Kemudian jika kita membandingkan antara kebaikan dan keburukan maka kita bisa mengetahui mana yang lebih banyak dan mana yang lebih dominan di antara keduanya. Padahal kebaikan itu datangnya dari Allah swt dan kejahatan itu tidak lain bersumber dari diri kita sendiri.
Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah
Seseorang tidak bisa membuat perbandingan ini jika dia tidak memiliki tiga indikatornya:
1.      Cahaya hikmah dari Allah swt
Cahaya hikmah ini merupakan cahaya petunjuk dari Allah yang disusupkan Allah swt ke dalam hati orang-orang yang mengikuti rasul. Dengan kata lain, cahaya hikmah adalah ilmu yang dimiliki seseorang sehingga ia bisa membedakan antara yang hak dan yang batil, petunjuk dan kesesatan, madharat dan manfaat, baik dan buruk.
2.      Buruk sangka terhadap diri sendiri
Buruk sangka dalam hal ini sangat diperlukan. Sebab baik sangka terhadap diri sendiri akan menghalangi koreksi dan kerancuan. Sehingga kita akan melihat keburukan sebagai kebaikan dan aib sebagai kesempurnaan.
3.      Membedakan antara nikmat dan ujian.
Membedakan antara nikmat dan ujian disini  maksudnya ialah membedakan nikmat yang dilihatnya sebagai kebaikan dan kasih sayang Allah swt dan membedakannya dengan nikmat yang hanya sekedar tipuan dan sementara saja. Sebab banyak orang yang tertipu dengan nikmat ini, sementara dia tidak menyadarinya.

2.      Membedakan antara Hak dan Kewajiban
Banyak orang yang mencampur aduk antara kewajiban dan hak-nya, sehingga dia sendiri menjadi kebingungan antara mengerjakan dan meninggalkan. Ada dua tipe orang dalam hal ini. Pertama, orang yang sebenarnya boleh mengerjakan sesuatu  tapi dia justru meninggalkannya. Seperti orang yang rajin beribadah tapi meninggalkan apa yang sebenarnya boleh dia kerjakan seperti meninggalkan hal-hal yang mubah, karena dia mengira bahwa hal itu tidak boleh dia kerjakan.
            Sebagai contohnya ialah seperti orang yang rajin beribadah tetapi tidak mau menikah, tidak mau memakan daging, buah-buahan, makanan yang lezat ataupun memakai pakaian yang bagus. Karena kebodohannya maka ia mengira bahwa semua itu merupakan larangan baginya sehingga ia harus meninggalkannya atau berpendapat bila ia meninggalkannya hal itu akan membuat ibadahnya lebih afdhal. Dalam sebuah hadis disebutkan:
عن أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا فَقَالُوا وَأَيْنَ نَحْنُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَحَدُهُمْ أَمَّا أَنَا فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ فَقَالَ أَنْتُمْ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.رواه البخاري
“Dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu berkata; Ada tiga orang mendatangi rumah isteri-isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dan setelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, "Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?" Salah seorang dari mereka berkata, "Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya." Kemudian yang lain berkata, "Kalau aku, maka sungguh aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka." Dan yang lain lagi berkata, "Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya." Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: "Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku." (HR. Al-Bukhari)
Tipe kedua, orang yang rajin beribadah dengan mengerjakan sesuatu yang sebenarnya harus dia tinggalkan, karena dia mengira hal itu merupakan haknya. Ia rajin beribadah tapi bid’ah. Ia melihat cara ibadahnya itu benar karena banyak orang yang melakukannya. Bila kita menjadi seperti kedua tipe ini maka kita akan kesulitan untuk mengintrospeksi diri.

3.      Tidak Puas terhadap Ketaatan yang Dilakukan
Ketaatan yang dilakukan seorang hamba tidak menjamin hal itu menjadi amal yang diterima. kita tidak mengetaui jika kita beribadah apakah amal tersebut memang benar-benar diterima oleh Allah swt ataukah tidak. Tugas manusia hanyalah beribadah dan memurnikan segala bentuk peribadahan hanya kepada Allah swt semata. Di dalam shahih muslim disebutkan bahwa:
يُحَدِّثُ ابْنَ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
Ibnu Umar menceritakan, bahwasanya Rasulullah bersabda: 'Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, karena aku bertaubat seratus kali dalam sehari”.
(HR. Muslim).
Banyangkan saja, Rasulullah saw yang sudah dijamin kebaikannya dan terjaga dari dosa saja masih beristighfar seratus kali dalam sehari. Beliau tidak puas dengan dengan ketaatan yang beliau lakukan, beliau ingin bersyukur dengan karunia yang diberikan Allah swt. Ibadah yang kita lakukan tidak akan diterima Allah swt kecuali dengan dua syarat: Pertama, memurnikan ketaatan kita kepada Allah swt semata dengan ikhlas menjalankan ibadah hanya karena-Nya. Kedua, ittiba’ (mengikuti) tuntunan yang dituntunkan oleh Rasulullah.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua: 
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ .إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ، وَاهْدِهِمْ سُبُلَ السَّلاَمِ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَبَارِكْ لَهُمْ فِيْ أَسْمَاعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَاتِهِمْ مَا أَبْقَيْتَهُمْ، وَاجْعَلْهُمْ شَاكِرِيْنَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ قَابِلِيْنَ لَهَا، وَأَتْمِمْهاَ عَلَيْهِمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اقم الصلاة.  
           



No Comment to " Muhasabah dalam Amal "