HABLUM
MINALLAH WA HABLUM MINANNAS
Oleh:
Fathurrahim
Islam memiliki ajaran yang membentangkan dua
bentuk hubungan yang harmonis
1.
Tata
hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah
(ubudiyah) atau yang populer dikatakan dengan hablum minallah
2.
Tata
hubungan yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam wujud
amaliyah sosial
Dalam Al-Qur'an surat Ali Imron: 112 Allah swt
berfirman
ضُرِبَتْ
عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ وَحَبْلٍ
مِّنَ النَّاسِ وَبَآؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ
الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ
وَيَقْتُلُونَ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ
يَعْتَدُونَ
"Mereka
diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka
kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang
demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi
tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan
melampaui batas."
Ayat ini memberikan kepada kita tentang
malapetaka yang telah menimpa Bani Israil sebagai akibat kedurhakaan mereka
kepada Allah dan kepada para nabi.
Sehingga mereka harus mengalami malapetaka, kehinaan, kemiskinan, dan
kemurkaan dari Allah. Dan dalam ayat tersebut diberitakan pula bahwa jalan
keluar dari segala malapetaka tersebut adalah membangun kembali hablum minallah
dan hablum minannas.
Hablum minallah menurut bahasa berarti hubungan
dengan Allah. Namun dalam pengertian syariah makna hablum minallah sebagaimana
yang dijelaskan di dalam tafsir At-Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir
adalah "Perjanjian dari Allah, maksudnya adalah masuk Islam atau
beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan di
akhirat" Sehingga dapat kita pahami bahwa untuk membangun hubungan
kita kepada Allah, kita mempunyai kewajiban untuk menunaikan hak-hak Allah, dan
apakah hak-hak Allah itu? Hak-hak Allah ialah mentauhidkan dan tidak
menyekutukan-Nya dengan yang lain serta menjalankan syariat Allah. Misalnya:
sholat, puasa dan sebagainya.
Namun apakah cukup hanya dengan hablum minallah
saja, sedangkan di sisi yang lain kita mengabaikan hablum minannas? Tentu tidak
cukup, mengingat kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan
orang lain. Di dalam Al-Quran juga banyak ayat-ayat yang menyebutkan tentang
perintah mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan hablum minannallah namun diiringi juga dengan
hablum minannas, antara lain.
"Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (19), Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah (20), Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir (21), Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat (22), Yang mereka itu
tetap mengerjakan shalatnya (23), Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia
bagian tertentu (24), Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak
mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)"
Dalam ayat tersebut secara tegas Allah
menyebutkan bahwa keluh kesah dan kikir itu telah menjadi sifat bawaan manusia
sejak dia diciptakan. Bukankah kalau kita tidak memiliki harta kita sering
berkeluh kesah? Sebaliknya, kalau kita memiliki banyak harta kita sering lebih
cenderung untuk kikir. Lalu bagaimana caranya agar sifat bawaan kita tersebut
dapat kita hindari? Allah menyebutkan paling tidak ada dua jalan, pertama,
mengerjakan sembahyang (hablum minallah)
secara kontinu. Kedua, menyadari bahwa dalam harta yang kita miliki terkandung
bagian tertentu untuk fakir miskin (hablum minannas).
Di dalam Al-Quran Allah berfirman di dalam
surat an-nisa ayat 36 yang berbunyi
وَاعْبُدُواْ
اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي
الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ
الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri"
Ayat tersebut mengandung dua bentuk akhlak,
yaitu akhlak kepada Allah (hablum minallah) yang ditunjukkan dengan perintah
agar kita menjalin hubungan baik kepada Allah dengan cara tidak
menyekutukan-Nya dengan yang lain. Dan akhlak terhadap sesama manusia (hablum
minannas) yang ditunjukkan dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua,
karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, orang yang dalam perjalanan dan hamba
sahaya.
Selanjutnya Allah menutup ayat di atas dengan
kalimat: " Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri". Dengan maksud agar kita tidak sombong
kepada orang tua, karena ada saat dimana kita juga pasti akan menjadi tua.
Jangan sombong kepada anak-anak yatim karena ada saat kita juga akan menjadi
yatim. Jangan sombong kepada orang miskin karena ada saat kita juga akan
menjadi miskin secara tiba-tiba. Jangan sombong kepada tetangga karena
merekalah orang yang pertama memberikan pertolongan kepada kita saat kita
mengalami kesulitan. Jangan sombong kepada teman karena kita sangat
membutuhkannya. Jangan sombong kepada musaffir karena ada saat dimana kitapun
akan menjadi musafir dan jangan sombong kepada pembantu rumah tangga karena
mereka besar bantuannya kepada kita meskipun tidak besar upah yang kita
berikan.
Dalam surat Al-Ma'un ayat 1-7 Allah berfirman:
"Tahukah
kamu (orang) yang mendustakan agama? (1),
Itulah orang yang menghardik anak yatim(2), Dan tidak menganjurkan
memberi makan orang miskin (3). Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat
(4), (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (5), Orang-orang yang
berbuat riya (6), Dan enggan (menolong dengan) barang berguna (7)"
Dalam surat tersebut, Allah SWT demikian lugas
mengaitkan antara agama dengan keberpihakan kepada kaum dhuafa. Seseorang
dikategorikan mendustakan agama manakala ia mengabaikan anak yatim dan orang
miskin.
Di awal surat Al-Ma’un tersebut Allah
menggunakan pertanyaan, tapi bukan berarti Allah bertanya karena tidak tahu.
Menurut para mufassir hal itu dimaksudkan untuk menggugah hati pendengarnya agar
memberikan perhatian lebih kepada ayat selanjutnya.
Jadi di sini Islam mendorong umatnya agar dalam
beragama tidak selalu mementingkan aspek ibadah mahdhoh saja, akan tetapi Islam
juga menganjurkan ibadah sosial, seperti memperhatikan nasib-nasib orang lemah.
Bahkan kalau kita cermati 5 rukun Islam itu adalah merupakan gabungan antara
habluminallah dan hablum minannas, gabungan antara hubungan vertikal dan
horizontal.
Dimulai dari mengucapkan dua kalimat syahadat
yang merupakan pertalian antara seorang hamba dengan Allah, namun pengakuan dan
kesaksian tersebut tidaklah cukup tanpa terus menerus menjaga hubungan baik
dengan Allah, yaitu dengan melaksanakan shalat sebagai rukun Islam yang kedua.
Shalat yang secara simbolis gerak-geriknya mencerminkan kepasrahan kita kepada
Allah. Kemudian ketaatan tesebut dibuktikan dengan mengerjakan amaliah sosial
yaitu zakat sebagai rukun Islam ke-3. Kemudian dalam rukun Islam yang ke4 yaitu
puasa, kita dilarang makan dan minum sebagai pelajaran bagi kita untuk dapat merasakan
bagaimana rasanya ketika seseorang tidak bisa makan dan minum.
Dalam sebuah hadits qudsi dikatakan bahwa pada
hari kiamat nanti Allah akan berfirman,
"Wahai anak Adam,…Aku meminta makan
kepadamu tapi engkau tidak memberiku makan." Si hamba bertanya,
"wahai Tuhanku….bagaimana mungkin aku member-Mu makan sedangkan Engkau
adalah Tuhan semesta alam?" Allah berfirman, "tidakkah kau tahu bahwa
hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu tapi engkau tiada memberinya makan?
Tidakkah engkau tahu bahwa jika engkau memberinya makan, niscaya engkau akan
menemukan itu disisi-Ku.
"Wahai anak Adam,… Aku meminta minum
kepadamu tapi engkau tidak member-Ku minum." si hamba menjawab,
"wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku member-Mu minum sedangkan Engkau
adalah Tuhan semesta alam." Allah berfirman, "hamba-Ku si fulan
meminta minum kepadamu tapi engkau tiada memberinya minum. Padahal jika engkau
memberinya minum niscaya akan kau dapati itu disisi-Ku".
Hadits tersebut secara tidak langsung
memerintahkan kita untuk peka terhadap fenomena sosial. Apakah kita sudah
memperhatikan orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongan kita baik berupa
makanan, minuman, dll ataukah kita termasuk orang yang terlena dengan gemerlap
dunia sehingga melupakan hal itu? Amat banyak kehidupan orang lain di sekitar
kita yang tidak memiliki kehidupan seberuntung kita. Seburuk apapun kondisi
kita saat ini, pasti masih ada saja yang lebih buruk dibandingkan dengan
kehidupan kita sekarang. Kita lihat sekarang saudara-saudara kita yang ada di
Palestina sana, mereka sedang membutuhkan bantuan kemanusiaan dari seluruh
ummat Islam dunia, tak terkecuali bantuan kita ummat Islam indonesia. Cukupklah
ayat-ayat dan hadits tersebut sebagai penggugah hati kita untuk peduli terhadap
saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan bantuan kita.
بَارَكَاللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ,
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِكْرِ الحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَا وَتَهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
-
PrevoiusApa itu Hadis Qudsy
-
Next
DAMAI ITU INDAH
BalasHapussyukron, ,, barokalloh lak
BalasHapusgood joob
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSubhanallah....makasih pencernaannya, mohon izin share ya kang...sinkron.
BalasHapusSubhanallah....makasih pencerahannya, mohon izin share ya kang...sukron.
BalasHapusSubhanallah....makasih pencerahannya, mohon izin share ya kang...sukron.
BalasHapusSubhanallah, menyentuh, adem ayem
BalasHapusBagus tulisannya
BalasHapusInnallaha ma'ana.
BalasHapusHablum minallah menjaga hubungan kita dengan allah... beribadah
BalasHapusHamblun minan nas menjaga hubungan kita sesama umat manusia sesama seagama ataupun bukan seagama(non muslim) ini dituntut oleh agama islam pada hari kebangkitan dihitung segala amalan dosa dan pahala kita... syurga atau neraka
Tulisan yg sangat bermakna
BalasHapusماشآألله..
BalasHapusTerima kasih..
BalasHapusTerus terang.. Aku search di ggoogledgoogledan aku baru ngerti.
🙏
BalasHapusSangat bermakna
BalasHapus