.

News Ticker

Resiko, Sebuah Keniscayaan Sejarah Dakwah

By Unknown - Jumat, 28 Juni 2013 No Comments

Dalam sebuah kesempatan, salah seorang ustadz pengajar di sekolah tinggi di lereng merapi pernah berujar ringan. “berdakwah itu punya sebuah resiko, itu pasti”.  Sobat, kira-kira mungkinkah seorang pencuri tahu bahwa perbuatan mencurinya itu adalah perbuatan yang buruk bin jelek? Tentu, saya kira pasti semua orang yang waras pasti tahu hal itu perbuatan jelek dan tentunya ada resiko besar dibaliknya. Seorang pencuri dia pasti tahu akibat perbuatannya tersebut, mungkin bisa cidera, bahkan mati salah satu taruhannya. Begitu juga dengan perbuatan yang mulia sekalipun semisal dakwah islam, pasti punya resiko pula. Jangan dibilang mentang mentang melakukan perbuatan yang mulia lalu tanpa ada resiko yang menghantui dibelakangnya. Bahkan hidup ini pun adalah sebuah pilihan resiko-resiko yang kita pilih.

Sobat, saya teringat betapa menderitanya Amar bin Yasir yang disiksa oleh para pembesar Quraisy ketika awal-awal Islam berkembang di kota Mekkah. Nggak hanya itu, beliau harus rela menyaksikan kedua ortunya gugur sebagai syuhada di depan mata kepalanya sendiri. Kita juga bisa meneladani bagaimana pula pengorbanan Bilal bin Rabbah yang rela dijemur di siang hari yang panas dan tubuhnya ditindih batu, sementara pasir di bawahnya terasa membakar kulitnya. Tapi, subhanallah, Bilal sanggup melewatinya dengan kesabaran dan keimanan yang tetap menancap di hatinya.

Tahukah sobat tentang potongan sejarah yang mengharu biru, sejarah sendiri telah mencatat tinta emasnya. Sebuah kisah yang sangat fenomenal, yang sangat kuat mencengkeram jantungnya jantung perjuangan dakwah ini, itulah kisahnya ibnu Taimiyah rahimahullah. Kesabaran beliau sangat luar biasa. Dalam berdakwah beliau tidak kenal lelah, menyerukan ketinggian keliamat-kalimat ilahi. Dakwah beliau sangat kencang dan gencar. Teringat sekali ucapan khas beliau, “jika mereka memenjarakanku maka penjara itu menjaadi tempatku berkhalwat dengan tuhanku, jika mereka membuangku maka disanalah tempatku bertamasya, jika mereka membunuhku sebagai syahid aku disambut”, kurang lebih kata-katanya semisal itu. Memang luar biasa sekali mujadid sekaigus mujahaid kita satu ini.

Resiko membuat kita bisa mempertimbangkan keadaan. Apakah seorang pencuri yang sedang mencuri tidak punya resiko? Apakah seorang pembunuh tidak mempertimbangkan resiko? Apakah seorang pilot kapal tidak punya resiko? Apakah pekerjaan yang kalian geluti sekarang tidak punya resiko? Dan apakah mereka semua tidak mempertimbangkan resikonya?. Saya yakin pasti mereka tahu resikonya masing-masing. Entah itu disadari atau tidak, tapi itulah sebuah resiko.


Dalam kancah dakwah juga begitu, penuh dengan resiko. Bukan saya mengajak anda untuk tidak berani mengambil resiko, tapi bagaimana kita bisa mengambil resiko tersebut dengan manajemen resiko penuh. Maka beruntunglah kamu kamu yang sebagai aktipis dakwah islam, yang berani mengambil resiko hidup ini. Orang-orang langka seperti kalianlah yang ditunggu-tunggu umat ini. Jadilah generasi guraba yang dibanggakan oleh nabi. Seiring dengan perkembagan zaman yang semakin lama semakin mendesak arus agama dan berkiblat kembali kemasa jahili, aktifitas dakwah akan semakin meruncing tajam. Bahkan suatu saat kalian pasti akan menemui sebuah kendala seperti menegakkan benang basah, tapi itulah sebuah keniscayaan dakwah ini. Itulah yang sedang kalian pilih dan kalian jalani pada detik ini. Maka beruntunglah kalian yang telah berani memillh aktifitas dakwah ini. Barakallulna.

No Comment to " Resiko, Sebuah Keniscayaan Sejarah Dakwah "

­