News Ticker

Muhammadiyah itu NU, Benarkah?

By Unknown - Kamis, 05 Juni 2014 No Comments
Muhammadiyah itu NU Benarkah?, sebuah pernyataan yang baru-baru ini mencuat ke permukaan di media. Benarkah seperti itu?. PErlu diketahuai bersama bahwa sebuah penerbit menerbitkan buku pastilah mempunyai tujaun-tujuan tertentu. Diantara tujuan -tujuan yang sangat mencolok adalah tujuan komersial. Judul buku ini sangatlah kontroversial dan mempunyai daya jual tinggi sebagai upaya mendongkrak penjualan buku di pasaran, jadi hal semacam ini bukan hal yang aneh lagi.  Mari kita simak bersama-sama.
 
Di Negara Indonesia ini ada dua organisasi besar yang banyak diikuti oleh kabanyakan masyakarakat Indonesia. Yaitu Muhammadiyah dan NU (Nahdhatul Ulama). Dilihat dari asal muasal dan akar sejarahnya, kedua oraganisasi ini didirikan oleh dua orang tokoh di Jawa yang sama-sama pernah menempuh pendidikan di Makkah al-Mukarramah. Mereka adalah KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari. Beliau berdua adalah dua tokoh yang alim dan mempunyai kapasitas keilmuan yang cakap. Mereka berguru dan belajar di Makkah kepada syaikh-syaikh di Makkah untuk memperdalam ilmu agama islam.

Konon, ceritanya sebelum pulang ke Indonesia (dulu Nusantara), mereka berdua bersepakat untuk mengembangkan dakwah islam di seluruh Nusantara. Keduanya mempunyai cara sendiri-sendiri dalam berdakwah. KH. Ahmad Dahlan yang notabene tinggal di masyarakat dekat dengan keraton Yogyakarta dan lebih elit (baca: cenderung ke perkotaan) melebarkan dakwah islam kepada para pedagang dan para elit keraton serta masyarakat sekitar denga mengajarkan ilmu agama kepada mereka. Sedangkan KH. Hasyim Asy’ari karena beliau berada di masyarakat pedesaan yang masih kental maka beliau memfokuskan dakwahnya pada pengajaran masyarakat desa. 

Jika dilihat dari segi dakwah keduanya, pola dakwah KH. Ahmad Dahlan cenderung ke arah pergerakan dan pembaharuan serta kemurnian akidah, sedangkan KH. Hasyim Asy’ari lebih ke arah ta’lim atau pengajaran ilmu fikih. Namun keduanya sama-sama berdakwah dengan semangat islam. Kecenderungan KH. Ahmad Dahlan kepada pergerakan bukan berarti beliau tidak tidak mengajarkan pengajaran ilmu agama dan ta’lim. Tetapi kecenderungan besar beliau lebih ke arah progres ke depan  dan pembaharuan atau tajdid. Sedangkan kecenderungan KH. Hasyim Asy’ari kepada ta’lim, bukan berarti beliau tidak berdakwah dengan pergerakan, namun memang kecenderungannya lebih besar ke arah ta’lim.

Muhammadiyah VS NU
Muhammadiyah VS NU
Jika dilihat dari akar sejarah berdirinya dua organisai besar ini, Muhammadiyah adalah organisasi Islam pertama yang ada di Nusantara. Organisasi lain yang bukan berasas islam telah ada seperti Budi Utomo, namun organisasi yang mengikat dan menghimpun masyarkat islam pertama adalah Muhammadiyah. Setelah Muhammadiyah berdiri di Yogyakarta dan sudah mulai eksis, maka mulailah berdiri organisasi islam lain yang mempunyai arah pergerakan dan visi misi berbeda namun dengan asas islam, diantaranya adalah al-Irsyad yang di dirikan oleh Syaikh Ahmad Surkati, NU dengan KH. Hasyim Asy’ari dan Persis dengan KH. Ahmad Hasan.

Lalu yang menjadi pertanyaan yang akhir-akhir ini mencuat kabar dan issu bahwa benarkah Muhammadiyah itu NU? Sebenarnya sudah jelas jika dilihat dari asal usul dan akar sejarah adanya dua oraganisasi besar di Nusantara ini. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Muhammadiyah adalah organisasi Islam pertama yang ada di Nusantara. Muhammadiyah berdiri di Yogyakarta sekitar tahun 1912 M jauh sebelum Negara Indonesia merdeka. Sedangkan NU berdiri setelah itu yakni tahun 1926 M/16 Rajab 1344 H. Bagaimana mungkin organisisi yang lebih dahulu berdiri disebut sebagai bagian dari organisasi yang belum didirikan? Kalau difikir secara logika tidak akan ketemu. Secara logika yang benar justru sebaliknya, yang berdiri sekarang justru bisa saja dimungkinkan bagian dari yang dahulu bukan sebaliknya.

Dilihat dari segi Manhajnya, kedua organisasi ini meskipun terlihat sama, tapi berbeda. Muhammadiyah jelas berasaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam  berfaham agama dan berijtihad. Yakni dengan berdasarkan keduanya dengan tanpa mengesampingkan pendapat para ulama-ulama dari kelangan sahabat dan setelahnya. Muhammadiyah menyatakan dengan jelas tidak bermazhab dalam faham agamanya. Tetapi tidak pula mengesampingkan pendapat-pendapat mazhab apabila dinilai tidak bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah al-Makbulah. Sedangkan NU sebagai organisasi islam di Indonesia menyatakan bahwa mereka berfaham mazhab syafi’iyyah. Yakni mengikuti mazhab imam Syafi’i. Dalam berijtihad mereka berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah sebagaimana difahami oleh mazhab syafi’iyah. Sejauh ini telah jelas bahwa Muhammadiyah mempunyai manhaj sendiri dalam faham keagamaan dan cara istinbatnya, yakni dengan berlandaskan al-Quran dan As-Sunnah al-Makbulah. Muhammadiyah juga tidak bermazhab sebagaimana NU yang menyatakan diri sebagai bagian dari Mazhab Syafi’iyah. Dengan demikian telah jelas bahwa Muhammadiyah tidak sama dengan NU. Dengan kata lain Muhammadiyah bukan NU, dan Muhammadiyah tidak mengikuti NU dalam Manhaj atau apapun.

Dilihat dari pandangan-pandangan kedua organisasi islam ini mengenai sikapnya terhadap kondisi dan peran dalam perpolitikan yang sedang hangat-hangatnya di Indonesia pada tahun 2014 ini. Muhammadiyah dan NU sama-sama bersikap netral. Keduanya membuat pernyataan demikian. Muhammadiyah telah jelas pada tanwir di Samarinda pada tanggal 25-27 Mei 2014 kemarin menyatakan tidak bersinergi atau mendukung kedua belah Capres dan Cawapres tertentu. Sedangkan saat itu NU belum menyatakan sikapnya. Setelah beberapa waktu pernyataan Muhammadiyah, baru NU menyatakan netral dalam pilpres mendatang. Namun apabila di lihat secara seksama dan megikuti informasi yang ada, ternyata sikap NU tersebut tidak serta merta mewakili NU, bahkan para Kiyai dan Petinggi-petinggi NU menyatakan mendukung salah satu Capres pada pilpres 2014 mendatang. Kembali pada topik awal kita, jadi bisa dikatakan bahwa Muhammadiah lebih duluan menyatakan sikapnya. Tidak hanya dalam sikap perpolitikan, tetapi juga dalam hal lain. Dengan demikian tidak bisa dikatakan Muhammadiyah mengikuti NU, atau Muhammadiayh itu NU.

Jika mereka yang mengatakan bahwa Muhammadiyah itu NU karena dulu fikih yang di hasilkan oleh Muhammadiyah mirip NU itu, hal itu bukanlah hal yang dapat membenarkan pernyataan bahwa Muhammadiyah itu NU. Pada awalanya fikih Muhammadiyah memang mirip dengan fikih mazhab pada umumnya, namun bukan berarti itu mengikuti NU. Fikih Muhammadiyah diambil dengan istinbat Majlis Tarjih Muhammadiyah yang berdasarkan asas al-Quran dan as-Sunnah.
Terima Kasih. Semoga bermanfaat. Langkah Berdebu.

No Comment to " Muhammadiyah itu NU, Benarkah? "