News Ticker

Review Teacher’s Diary a.k.a. Khid thueng withaya

By Unknown - Rabu, 20 Agustus 2014 2 Comments
Bagi kamu yang saat ini sedang berlatih menjadi guru. Bagi kamu yang saat ini sedang mencari kedamaian. Bagi kamu yang sekarang ini sedang mencari jati diri sebagai seorang guru. Tidak ada salahnya saya rekomendasikan film yang sangat apik. Film ini berjudul “Teacher’s Diary a.k.a. Khid thueng withaya”. Mungkin film ini bisa menjadi inspirasi sekaligus pembangkit semangat.
Pertama kali saya melihatnya, saya tertarik dengan kata-kata Teacher’s Diary-nya. Awalnya saya melihat poster gambarnya kurang begitu sreg, namun setelah melihat prolog film tersebut saya bahkan sangat suka dan sangat tertarik untuk melanjutkan. Film ini diawali dengan sebuah perjuangan seorang guru yang begitu unik.
Hanya dengan sedikit kesalahan, perbedaan pendapat yang tidak seberapa. Akhirnya ia dipindahkan tugas sebagai guru di sekolah rumah kapal. Sekolah ini adalah sekolah yang ada di tepian sungai yang membentang luas. Tidak banyak murid yang ada. Hanya anak-anak nelayan sekitar. Untuk dapat mencapai sekolah ini maka harus menggunakan perahu atau kapal.
Awalnya guru yang pertama dipindahtugaskan ke sekolah kapal ini bernama Bu Ann. Dia seorang wanita muda yang mempunyai semangat enerjik dan...lumayan cantik. Dipindahkan ke sekolah kapal ini hanya karena tangannya ditato bintang. Hanya itu saja. Padahal itu adalaha hal sepele dan tidak mengurangi esensi seorang guru, kata Bu Ann menyangkal kepada kepala sekolah.
Hari demi hari dilalui Bu Ann dengan segala rasa, mulai dari suka cita mengajar, bahkan sampai setengah mati demi mengajar anak-anak di dekat pantai ini. Dengan hanya mendapat murid tujuh orang Bu Ann dengan senang hati dan susah payah mengajar mereka. Bagaikan menjiwai sebagai guru, tak terpisahkan dengan murid muridnya. Pedihnya sudah biasa, perihnya tak bisa diungkapkan. Dia pernah mengalami hal-hal tragis di sekolah ini. Mulai dari kesepian yang menjalar sampai ke relug hati sampai menemukan mayat di bawah sekolahan ini.
Selama mengajar di sekolah ini dia menuliskan kenangan dan cara-caranya mengajar di sekolah ini. Di menuliskannya di sebuah buku usang yang di balut karton dan dieratkan oleh karet bekas. Inilah awal mula sebuah cerita Teacher’s Diary.
Setelah beberpa waktu berlalu, Bu Ann mengundurkan diri dari sekolah ini karena mau menikah dengan seorang wakil kepala sekolah di daerah kota dan menghapus kenangan di sekolah kapal ini. Akhirnya peran Bu Ann sebagai guru di sekolah ini digantikan dengan seorang guru baru yang bernama Pak Son. Dia adalah seorang guru baru dan seorang mantan pegulat.
Awal kenangan Pak son mengajar di sekolah kapal ini juga tidak jauh beda dengan yang dialamai Bu Ann ketika mengajar di sini. Rasa kesepian, rasa stres, rasa keterasingan bahkan penderitaan di putuskan pacarnya pun di alami di sini. Tapi hal itu berubah ketika Pak Son menemukan Teacher’s Diary milik Bu Ann yang ketinggalan di sekolah kapal ini. Sebuah rencana yang apik, mungkin.
Berawal dari sini, mereka dipertemukan dalam imajinasi tulisan. Saya jadi menyadari bahwa tulisan bisa menggambarkan jauh ekspresi rasa manusia. Bahkan bisa ditularkan kepada orang lain, baik rasa suka cita, duka bahkan rasa cinta sekalipun. Kata-kata mempunyai kekuatan magis tersendiri. Mengikat makna dalam bingkaian kalimat. Melukiskan pesona memori kenangan dalam wujud huruf.
Setelah Pak Son membaca semua Teacher’s Diary milik Bu Ann, akhirnya Dia menemukan pada lembaran terakhir pada buku tersebut bahwa Bu Ann mau menikah. Daaar, betapa hancurnya hati Pak Son saat itu. Walaupun belum pernah bertemu, Pak Son merasa bahwa Bu Ann satu penderitaan dangan dia. Satu jiwa dan mengalami kenangan yang hampir sama. Dia marasa bahwa ada kedekatan emosional yang sama dengan Bu Ann. Tapi melihat Bu Ann sudah di pinang oleh orang lain. Akhirnya Pak Son memutuskan untuk meninggalkan sekolah kapal ini.
Endingnya,,akhirnya mereka bertemu di rumah kapal ini. Tepat setelah liburan semester setelah Bu Ann tidak jadi menikah dengan kekasihnya karena kekasihnya berselingkuh dengan wanita lain. Sebuah pertemuan yang istimewa. Sebuah kenangan tersendiri sebagai guru yang luar biasa. Mengeja jejak-jejak kenangan yang apik dibungkus dengan balutan cinta antara dua insan yang berprofesi sama sebagai seorang guru yang luar biasa. Mungkinkah kita bisa seperti ini, wahai kamu Bu Guru Muda dan Pak Guru Muda???

Siapa Bu Ann dan Pak Son selanjutnya?? Silahkan isi Teacher’s Diary a.k.a (Nama Anda).

2 komentar to ''Review Teacher’s Diary a.k.a. Khid thueng withaya"

ADD COMMENT
  1. bagus deh kykna filmnya nih..
    tp bukan film buatan Indonesia ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, memang bagus kok. Sangat menginspirasi juga..silahkan tonton kalau sempat.. :D

      Hapus