News Ticker

Ngantri Vs Karet Waktu

By Unknown - Jumat, 28 Juni 2013 1 Comment
“Ngantri mas !!..Ngantri donk mas, yang lain juga pada ngantri kok !!”
Begitulah kira-kira ucapan yang pas buat salah seorang warga masyarakat yang tidak mau antri BBM bersubsidi di sebuah SPBU disalah satu kota. Pasalnya si bapak itu asal nyusup aja di barisan panjang para pengantri BBM yang sudah mengular panjang sampai jalanan. Satu hal yang sangat–sangat disayangkan adalah mengapa ada juga warga masyarakat yang setega itu sama masyarakat yang lain?? Ada beberapa hal yang mau saya bahas pada tulisan ini. Pertama, menurut berita di siaran TV BBM bersubsidi nanti malam akan di naikkan secara sah. Oleh karena itu tidak hanya di kota saya saja yang antrian BBM-nya bejubel mengular tangga tidak karuan panjangnya. Begini, saya tidak akan mengulas masalah pemerintah yang tega sekali menaikkan harga BBM. Saya yakin pemerintah punya alasan tersendiri mengapa menaikkan harga BBM. Tapi yang tidak habis saya pikir, apakah tidak ada cara lain selain harus menaikkan harga BBM?? Bukannya saya menolak, tapi saya lebih cenderung tidak menerima saja (sama aja, haha J). Satu hal yang membuat saya menggigit jari ialah jauh-jauh sebelum hari H kenaikan harga BBM secara sah, harga kebutuhan pokok bahkan telah mulai meroket naik. Apalagi kali ini dibarengi dengan mau dekatnya bulan Ramadhan. Dipastikan hal itu harga barang-barang pokok sungguh-sungguh sangat akan meroket naik dan tidak mungkin turun.
                Oke, kita kembali ke bahasan awal kita. Tentang masalah ngantri di SPBU. Ketika saya kehabisan bensin, sebelum kenaikan BBM secara sah, saya pergi ke SPBU untuk membeli bensin (karena kehabisan bensin). Realitas dilapangan ternyata banyak SPBU yang penuh dengan antrian yang panjang-panjang. Eh, ternyata banyak masyarakat yang berfikiran sama. Yah, sama-sama berfikiran “sebelum harga BBM naik, maka saya harus memenuhi tangki bahan bakar saya”. Kira-kira mungkin seperti itulah bunyinya. Hebat sekali. Banyak masyarakat yang secara serempak fikirannya pas sama, “harus menuhin tangki motor”. Saya berfikir sejenak, sendainya fikiran serempak itu di satukan, diserempakkan, di planningkan pada waktu yang sama dan pada situasi yang tepat pasti akan lebih bermanfaat buat bangsa kita ini. Misalnya saja secara serempak menghabisi koruptor, serempak kerja bakti warga, serempak iuran pajak, serempak menegakkan keadilan  dan hal-hal positif lainnya maka akan jayalah negeri ini.
Kemudian tentang jam karet. Apa hubungannya?. Sebenarnya tidak ada hubungannya secara sama persis. Saya hanya akan menganologikan hal tersebut dengan sikap serentak orang-orang yang berfikiran sama ketika mengantri di SPBU. Begini, hal yang cukup mengejutkan saya adalah tentang tradisi jam karet di indonesia. Apakah itu merupakan hal yang wajar ataukah memang sudah menjadi kebiasaan bahkan tabiat buat bangsa kita ??. Agak susah kalau saya harus menentukan pilihan yang mana, tidak pantas pula saya langsung menstempel itu sudah menjadi  sebuah tradisi di sekitar kita. Tapi saya pun tidak bisa pula mencap itu hanya sebuah permasalahan kecil atau hal yang wajar saja.
Apalagi (maaf) saya sering mendengar teman-teman atau sekitar saya pada bilang ‘itu sudah biasa kook’. Saya jadi berfikir secara semantik kebahasaan, kata ‘biasa’ dan kata ‘kebiasaan’ itu berakar kata sama. Mungkinkah suatu hal yang berakar sama menumbuhkan persepsi yang berbeda ataukah sama saja. Kalau pertanyaannya mungkinkah, bisa saja mungkin karena kebanyakan hal didunia modern ini sangat mungkin. Tapi ah, saya tidak tau itu. Silahkan para pembaca menganalisanya sendiri. Tergantung persepsi dan sudud pandang teman-teman masing-masing.. J . Jika sebuah acara kecil acara berlangsung jam 08.00 wib sedangkan satu kepala berfikiran akan datang jam 09.00 wib itu masih dihukumi wajar dan sepele. Tapi yang menjadi masalah ialah ketika dua, tiga, empat kepala atau bahkan sebagian besar kepala berfikiran hal yang sama, maka apa jadinya acara tersebut.
Terkadang, satu hal kecil bukan menjadi masalah buat kita , tapi tidakkah kita berfikir jika hal-hal kecil tersebut menumpuk menjadi banyak apa yang akan terjadi nanti. Sebuah titik titik hujan itu bagus bahkan bermanfaat sekali bagi kita. Akan tetapi jika titik titik hujan itu besar dan lama turunnya maka tak heran ada kecelakaan alam berupa banjir bandang. Begitu juga dengan titik-titik bolpoin warna hitam yang kita coret di kertas, tidakkah kita berfikir jika kita berikan titik-titik tersebut di semua kertas tersebut pasti akan menutupi kertas tersebut ??

                                                                                                                                   20: 13 / 21-06-13

1 komentar to ''Ngantri Vs Karet Waktu"

ADD COMMENT
  1. Bagus nih tulisannya.. ^_^
    Bahasanya enak dibaca..

    Saya setuju sekali mas!! Seandainya ada pemimpin di negeri ini yang bisa membuat seluruh rakyatnya untuk serempak memerangi korupsi, serempak membangun negeri, serempak menegakkan kejujuran.. Waaah,, gak kebayang deh!! Tapi apa mungkin yaa??

    BalasHapus